
Oleh : Kikie Nurcholik – Sekjen Komunitas Printing Indonesia (KOPI)
Suatu hal yang pasti tidak akan luput dari keseharian kita adalah yang disebut masalah atau persoalan hidup, dimanapun, kapanpun, apapun dan dengan siapapun, semuanya adalah potensi masalah. Namun andaikata kita cermati dengan seksama ternyata dengan persoalan yang persis sama, sikap orang berbeda-beda dalam menghadapinya, ada yang begitu panik, goyah, kalut, stress tapi ada pula yang menghadapinya dengan begitu mantap, tenang atau bahkan malah menikmatinya.
|

Oleh : Kikie Nurcholik – Sekjen Komunitas Printing Indonesia
Hiruk pikuk pesta demokrasi hampir usai. Rakyat Indonesia telah melampaui satu masa, di mana untuk kesekian kalinya mereka memilih calon pemimpinnya dalam sebuah suasana demokrasi yang semakin hangat, aman dan terarah. Pada awalnya, kedua kubu kandidat mendukung dan mengelu-elukan sosok calon pemimpin negara yang dijagokannya dan dianggap pantas sebagai pembawa inspirasi untuk kemajuan Indonesia dalam separuh dekade ke depan. Dan akhirnya sang “calon pemimpin” pun terpilih secara sah dan sesuai kehendak rakyat menjadi pemimpin negeri gemah ripah loh jinawi ini.
|

Oleh : Kikie Nurcholik – Sekjen Komunitas Printing Indonesia
Dalam setiap penciptaan makhluk, Tuhan senantiasa mengirimkan pesan atau makna di balik keberadaannya, tak terkecuali dalam penciptaan kepiting. Tulisan ini akan mengulas hewan unik ini dan analoginya pada manusia.
Kepiting merupakan hewan dengan tampilan luar kurang menarik, namun memiliki daging bercitarasa lezat. Kulitnya yang keras menjadikan hewan ini tahan terhadap segala cuaca dan ancaman, sehingga organ-organ dalamnya terlindung dengan baik. Hal ini merupakan cerminan ketegaran dan kekuatan. Jika diibaratkan manusia, kepiting pastilah tipikal orang yang kuat, tahan banting dan mampu melindungi dirinya (dan hatinya) dengan amat baik.
|

Oleh : Kikie Nurcholik – Sekjen Komunitas Printing Indonesia
Setelah penantian panjang pada beberapa pertandingan alot plus adu pinalti yang luar biasa mendebarkan, kita akhirnya serentak bersorak dan merasa bangga. Tim Garuda Muda U-19 menang di akhir eksekusi dalam penentuan juara pada kejuaraan kualifikasi Piala Asia, cabang sepakbola yang katanya merupakan cabang olahraga paling bergengsi di antara semua cabang olahraga yang dipertandingkan.
Walau kemenangan ini membawa Indonesia berangkat ke Myanmar, tetap akan terasa bagaikan sayur tanpa bumbu jika nanti di pertandingan antar negara itu Indonesia tak berhasil meraih emas....
Saya sangat menghargai keringat yang bercucuran di tubuh para pejuang Garuda Muda U-19 dan membayangkan betapa berat perjuangan mereka di setiap pertandingan. Meskipun di atas kertas team kita dianggap menang dalam teknik bermain, namun tak ada permainan 'sekedar basa-basi' yang ditampilkan team saat bertanding. Kemenangan demi kemenangan diperoleh dengan perjuangan yang tidak mudah.
|

Kikie Nurcholik – Sekjen Komunitas Printing Indonesia
“If you want others to be happy ... practice compassion”
“If you want to be happy ... practice compassion”
Dua kalimat itu saya baca dalam catatan sejarah seorang pemimpin, Dalai Lama.
Tak seorangpun mengharapkan kegagalan dari yang diusahakannya. Semua orang ingin sukses. Kuatnya daya pikat dari kata ‘sukses’ membuat kata tersebut selalu dijadikan tolok-ukur kebahagiaan hidup banyak orang. Bahkan, mungkin setiap orang beranggapan ‘jika sukses, pasti bahagia.’ Sebelum sampai pada kesimpulan tersebut, sebaiknya kita telaah lebih dalam apa makna dari kata bahagia itu. Setiap kesuksesan yang dicapai pasti akan menghadirkan rasa senang atau suka-cita di hati kita. Tapi apakah hanya rasa senang dan suka cita yang dimaksud dengan bahagia itu?
|

Kikie Nurcholik – Sekjen Komunitas Printing Indonesia
Alkisah, seorang ratu yang bijak hidup bersama dengan raja yang terkenal lalim dan kejam. Saat sang raja terbaring sakit menanti ajal, tetapi aura kekejiannya tidak juga memudar, sang ratu menulis kitab kebijaksanaan (Book of Wisdom) yang diharapkan menjadi tuntunan hidup seluruh penduduk kerajaan. Sang ratu mengumumkan bahwa buku tersebut ditulis oleh suaminya. Bagi sang ratu, tidak penting siapa yang menulis, yang penting kitab ini dibaca dan diamalkan oleh seluruh rakyat di negerinya. Sikap yang sangat luhur telah diperlihatkan oleh sang ratu, yang memiliki kepedulian begitu tinggi terhadap eksistensi negerinya.
|
|
|
|
<< Start < Prev 1 2 3 4 5 6 7 Next > End >>
|
Page 4 of 7 |