Peluang usaha di bidang sablon digital seperti cetak berbagai produk suvenir / barang promosi masih terbuka lebar bagi mereka yang berjiwa kreatif. Untuk memulai usaha di bidang ini hanya diperlukan modal relatif kecil, sedangkan margin keuntungannya cukup besar. Jenis usaha apapun, yang hanya menawarkan satu kategori penjualan, misalnya jasa saja atau barang saja, mudah dilacak harga pasarannya. Untuk kategori jasa, contohnya jasa pengiriman barang, jasa servis handphone, atau jasa angkutan taksi, memiliki standar harga tertentu sehingga harga yang ditawarkan perusahaan yang satu dengan perusahaan sejenis lainnya relatif tidak jauh berbeda. Hal ini dapat dicek langsung oleh pengguna jasa yang ingin mengetahui atau melabel harga layanan jasa suatu perusahaan kompetitif atau tidak.
Untuk katagori penjualan barang, standar harga yang ditawarkan jauh lebih kompetitif. Apalagi penjualan barang di pusat perbelanjaan, perbedaan harga antara penjual barang yang satu dengan penjual barang sejenis lainnya, hampir-hampir tidak ada. Sebagai contoh penjualan komputer di pusat perbelanjaan komputer terbesar di Jakarta, yaitu di Mangga Dua. Banyak toko yang menjual komputer seharga 5 jutaan dengan mengambil keuntungan antara Rp 100.000 s/d 150.000 saja. Bahkan, jika penjualan sedang sepi, keuntungan Rp 50.000 atau antara 1-3% pun terpaksa diambil. Alasannya, “Habis….., daripada ntar diambil toko sebelah mendingan kita ambil ajalah daripada gak untung sama sekali.” Padahal semua pun tahu, jika penjualan komputer selalu disertai garansi. “Apalagi untuk penjualan barang-barang lain yang lebih mudah diserap pasar….., mana mungkin mengambil untung besar...Bisa-bisa pelanggan lari ke yang lain.”
Penjualan yang agak sulit untuk diketahui standar harganya oleh konsumen adalah penjualan atau bisnis yang menggabungkan barang dan jasa!. Misalnya Anda menjual lukisan hasil karya sendiri. Berarti Anda menjual lukisan (barang) yang dikerjakan dengan modal keterampilan anda (jasa). Kalau anda termasuk jajaran pelukis handal, lukisan anda pasti dihargai jauh lebih tinggi daripada hasil karya pelukis amatir, bukan? Jadi jika Anda berniat mencari peluang usaha, carilah usaha yang menggabungkan penjualan barang dan jasa, agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dan konsumen tidak memiliki standar pembanding harga. Karena, keahlian yang Anda miliki pasti berbeda dan tidak dapat diperbandingkan dengan orang lain yang melakukan usaha sejenis.
Usaha di bidang sablon digital merupakan salah satu jenis usaha yang termasuk kategori usaha gabungan penjualan barang dan jasa. Misalnya, Anda menjual T-Shirt atau Mug bergambar sablon hasil desain Anda. sendiri. Tentunya harga T-Shirt atau Mug hasil desain Anda akan dihargai berbeda dengan barang sejenis hasil desain orang lain. Jadi, meskipun barangnya sama, tetapi nilai jualnya berbeda-beda, tergantung pada tingkat kreativitas masing-masing. Anda lebih memilih mana? Beli T-Shirt dengan desain amatiran atau T-Shirt dengan desain unik dan kreatif? Pada umumnya orang akan memilih desain yang unik dan kreatif., karena pada dasarnya setiap orang ingin selalu tampil beda. Itulah yang menyebabkan usaha distro begitu menjamur saat ini.

Usaha Sablon Digital umumnya menjual produk-produk unik dan kreativitas Anda dalam mendesain akan menambah keunikannya. Jadi, wajar saja jika nilai jualnya menjadi sangat tinggi. Anda tidak perlu kaget, jika menjumpai ID Cardyang dibuat dengan modal hanya sekitar Rp 540, dapat dijual seharga Rp 5.000-10.000, bahkan ada yang menjualnya di atas Rp 15.000 karena keunikannya! Margin keuntungan minimal yang diperoleh lebih dari 900%!!! Mana ada bisnis dengan keuntungan segitu di jaman krisis global seperti sekarang ini?!?!
Apakah semua produk sablon digital dapat memberikan margin keuntungan sampai dengan 900%? Tentu saja tidak semua, tetapi rata-rata keuntungan minimal yang diperoleh mencapai 100%! Jangankan 900%, untung 100% saja untuk jenis usaha apapun sekarang ini susah didapat!
Anda tentu akan mengatakan bahwa angka keuntungan sebesar itu diperoleh karena dalam penghitungannya belum memasukkan biaya yang dikeluarkan untuk investasi mesin dan ongkos kerja. Untuk itu coba Anda tambahkan ...
Selengkapnya di Majalah Indonesia Print Media Edisi 48 September - Oktober 2012. |