24 Nov 2018 |
|
RUMUS BAHAGIA Oleh : Kikie Nurcholik (Waketum III Komunitas Printing Indonesia) Saya saat ini tengah meyakini sesuatu, karena saya mampu meluruskan pemahaman saya,setelah melalui usia saat ini. selanjutnya saya “berdiskusi” dengan hati saya, tentang betapa kita kadang telah berdoa,namun doa itu tak kunjung dijawab oleh Tuhan yang menyebabkan kita kembali harus menerka-nerkaapa yang harus kita lakukan demi mengatasi sebuah masalah atau kebutuhan. Sayapun beranggapan bahwa Tuhan selalu menjawab pada waktu yang tepat. Tidak pernah terlambat tapi juga tidak pernah terlalu cepat. Oleh karena itu,jika saya menemukan diri saya terpaku pada sebuah persoalan yang rumit, saya belajar memahami bahwa mungkin Tuhan ingin saya sedikit lebih bersabardan berusahauntuk sebuah jawaban yang saya minta. Mungkin mimpi saya belum tepat waktunya terwujud hari ini, mungkin lusa adalah waktu yang diinginkanNya sebagai waktu yang paling pas, di mana pada hari tersebut saya telah benar-benar siap menerima segala konsekuensi yang mengikutipada perwujudan mimpi itu. Hati nurani saya kemudian berpendapat lain. Timbul pemikiran bahwa, tiap kali kita berdoa meminta sesuatu pada Tuhan dan setelah sekian lama tidak mendapat jawaban, ia lantas menegur dirinya dengan berkata, "Hei... memangnya cuma kau yang perlu diurus?” Saya tertawa dan (Hati saya juga tertawa....) Tapi kemudian saya mencoba menerjemahkan pesannya, bahwa terkadang kita sebagai manusia terlalu manja, terlalu gampang mengeluh dan bertingkah bagai raja. Minta ini, sebentar harus ada. Mau itu, besok harus siap. Padahal, Tuhan telah membekali kita dengan banyak sekali kemampuan, akal pikiran berikut hati nurani untuk membantu kita menyelesaikan tiap persoalan yang disuguhkan hidup kepada kita. Mata, telinga, tangan, kaki, dan sederet perlengkapan yang bisa kita gunakan untuk mencari rejeki sekaligus membantu sesama. Nah, bentuk kemandirian apa lagi yang tidak bisa kita capai dengan semua itu? Bahkan seorang pengemis dengan tubuh yang tak lengkap...? masih bisa tersenyum ceria setiap harinya menantang teriknya matahari dan mengumpulkan rejekinya sendiri tanpa merasa perlu menangisi keadaannya... Subhanallah... Lagi-lagi maafkan kami..(khususnya saya ya Allah..) yang sering menyangkali segala nikmat yang Engkau berikan dengan tanpa syarat... Merenungi makna kebesaran Allah, takkan ada habisnya. Dan, berapa banyak manusia yang masih mencoba menyalahkan Beliau atas segala kehidupan yang tidak seperti yang mereka inginkan....?
Kesederhanaan dan kemewahan, apalah bedanya? Tak ada yang kekal di dunia ini selain kemuliaan Tuhan, jadi...mengapa masih saja 'ngotot' memaksa diri untuk menggenggam sebanyak-banyaknya harta dan kedudukan...?, jikalau yang kita bawa pada saat mati nanti hanyalah amal dan ibadah kita...? info : WA : 0811808282
|