29 Jan 2019 |
|
RESOLUSI 2019… Waketum III - Komunitas Printing Indonesia (KOPI) Waktu terus bergulir dan tidak terasa kita pun telah memasuki tahun 2019. Saatnya membalik lembar baru dan mengisi kembali halaman kosong pada buku kita pribadi. Rasanya sudah tidak asing lagi kebiasaan awal tahun di mana kita diajak membulatkan niat, menanam suatu cita-cita, dan menancapkan tekad untuk mencapai suatu perubahan. Hal ini yang biasa kita kenal dengan resolusi awal tahun. Seorang teman .... Seorang teman pernah mengatakan, bahwa baginya resolusi awal tahun adalah proses “menggodok” semangat juang dalam hidup, supaya dia bisa mengukur kemajuan dan prestasinya dari tahun ke tahun. Lainnya berkata, resolusi awal tahun itu hanya sumber stres, dimana menurutnya dari sekian banyak keinginan, lebih banyak yang tidak tercapai daripada yang terwujud. Baris demi baris target dirumuskan, mulai janji untuk berolahraga secara rutin, berhenti merokok, memperhatikan pola makan yang lebih sehat, mengurangi konsumsi kafein, dsb. Ada juga yang bertarget tentang hubungan cintanya – baik sudah punya pasangan maupun tidak, yang penting tahun ini bisa menikah. Atau barangkali kita menetapkan resolusi yang berkaitan dengan karier, rezeki dan kesuksesan kita. Jadi apa saja resolusi awal tahun Anda ? Ketidakpastian, Perubahan & Pilihan Mari kita lihat rutinitas yang biasa terjadi di perbatasan antara akhir tahun dan awal tahun. Pertama, tidak ada resolusi awal tahun yang afdol tanpa refleksi akhir tahun. Pada penghujung tahun, kita menengok resolusi yang telah dibuat pada tahun sebelumnya. Kita tepuk bahu kita sendiri atas niatan yang telah tercapai, dan kita pindahkan semua niatan yang belum tercapai sebagai kandidat penghuni daftar resolusi tahun selanjutnya. Hidup ini memang sarat dengan perubahan dan ketidakpastian. Terkadang target dipasang supaya keinginan kita punya pendorong untuk tumbuh, bergerak dan berkembang, namun di tengah bersemangatnya kita mengejar keinginan, tanpa sadar dalam hati terselip rasa “keharusan” yang memaksa. Ini acapkali menjadi sumber stres yang tidak perlu. Tidak bisa disangkal, kita memang butuh semangat hidup. Tanpa itu, hidup bisa terasa hambar. Namun semangat hidup yang terjangkit “harusitis” akan berpotensi menjepit hati, dan akhirnya merampas kemampuan kita untuk menikmati momen demi momen, serta membuat kita lebih mudah untuk lupa bersyukur atas hal-hal yang sederhana tetapi indah di hidup kita. Menyentuh Energi Kreatif Dalam Diri : Pendapat saya, meluangkan waktu hening dan merenungkan bagaimana kita mengelola energi kreatif dalam hidup, lebih bermanfaat ketimbang sekadar mencantumkan setiap keinginan dalam “target” di awal tahun. Gunakan target, dan batas waktu sebagai sarana untuk tumbuh dan berkembang, dan perhatikan dengan saksama agar hal tersebut justru jangan menjadi sesuatu yang memberatkan, dengan cara : Cegahlah Stres,karena terlalu banyak cita-cita dan keinginan, kita belajar untuk membatasi berbagai batasan yang kita buat sendiri. Know when to limit your limits. Imbangi semangat hidup dengan kebijaksanaan, belajarlah untuk juga menyambut sifat kehidupan yang serba tidak pasti dan senantiasa berubah, buka hati untuk hadir penuh perhatian di manapun dan kapanpun. Ingatkan diri untuk bersyukurakan hal-hal yang indah dan sederhana dalam hidup. Nikmatnya seteguk air putih, nyamannya bernapas, serta tulusnya senyum, merupakan harta yang bisa kita petik setiap hari. Dan akhirnya, ikhlaskan segala kemungkinan terbaik dan terburuk, agar kita tidak nafsu menang atau takut kalah. Menang dan kalah, berhasil dan gagal, merupakan persepsi yang sangat relatif. Pada awal tahun ini, saya mengajak Anda untuk .... selengkapnya terdapat pada majalah cetak dan on line INDONESIA PRINT MEDIA edisi 86 Jan-Feb 2019. info email : This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it WA 0811808282 |