13 Aug 2012 |
|
Adalah suatu kemajuan yang besar bagi masyarakat grafika Indonesia, bahwa pada April 2012 yang lalu Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggaraan “Working Group Meeting ISO/TC 130 Graphic Technology”. Penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah event bertaraf internasional ini bukan tanpa perjuangan. Secara historis hal ini dilatarbelakangi oleh kiprah ATGMI yang sejak Mei 2011 berperan selaku mitra kerja BSN (Badan Standardisasi Nasional) dalam melakukan kewajiban sebagai participating member ISO/TC 130 dan sesuai dengan hasil resolusi sidang di Berlin pada tanggal 16-22 September 2011 dimana Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah. Adapun penyelenggaraan acara tersebut dikelola BSN bekerjasama dengan ATGMI.
Kedatangan rombongan delegasi peserta Meeting ISO/TC 130 Graphic Technology ini disambut oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie E. Pangestu dalam sebuah jamuan makan malam dan pertunjukan sendratari Ramayana di Candi Prambanan. Sebelumnya, delegasi ini juga disambut oleh Gubenur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Bangsal Sri Manganti, Keraton Yogyakarta. Dalam kesempatan tersebut para anggota delegasi diajak untuk berkolaborasi memainkan alat musik Angklung - Piano – Gamelan dan lain-lain.
“Working Group Meeting ISO/TC 130” merupakan event rutin yang diselenggarakan setiap 6 bulan di berbagai negara di dunia. Rapat rutin ini memiliki agenda membahas, mendiskusikan dan merancang dokumen standar internasional (ISO) dalam bidang teknologi grafika, baik untuk menyempurnakan draft standar atau mengesahkan draft standar menjadi dokumen ISO. Technical Committee ini. Dan diperkirakan 100 anggota delegasi akan mengikuti sidang teknis mendatang ini. Dalam pertemuan di Yogyakarta ini beberapa working groups akan melakukan sidangnya, antara lain: Sedangkan Herman Pratomo menjelaskan bahwa kegiatan ini secara tidak langsung akan berdampak positif bagi dunia grafika Indonesia karena nama Indonesia akan tercantum sebagai tuan rumah pertemuan para ahli grafika dunia. Dan dampak positif itu akan jauh lebih bermakna, manakala industri percetakan di Indonesia mampu menerapkan standar internasional (ISO) yang jelas-jelas dapat meningkatkan efisiensi dan efiktifitas produksi, sehingga keuntungan para pengusaha percetakan pun akan meningkat. @Red. |