04 Oct 2012 |
|
Jika jawabannya setelah berulang-ulang, tentu pengerjaan produk cetak tersebut memerlukan dan menghabiskan bahan/material, waktu, tenaga atau energi yang cukup banyak. Secara psikologis, waktu pengerjaan yang lama juga akan menjadi beban moral bagi si pekerja. Untuk meningkatkan kualitas SDM grafika, pada umumnya perusahaan percetakan mapan berkualifikasi besar mengadakan sendiri pelatihan di lingkungan perusahaan yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan yang bersangkutan. Beberapa tahun terakhir ini industri percetakan di Indonesia berkembang sangat pesat, terutama dengan adanya kemajuan di bidang teknologi digital. Dunia grafika Indonesia sudah sepantasnya berterima kasih kepada para pejuang percetakan di Indonesia seperti Alm. J. Sirih, sehingga saat ini industri grafika Indonesia dapat mencapai kesetaraan dalam hal kualitas di tingkat dunia. Percetakan merupakan salah satu keterampilan teknik sehingga SDM percetakan harus disiapkan dengan sistem pendidikan formal melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)-Grafika untuk tenaga-tenaga pelaksana dan melalui Politeknik atau D III maupun D IV untuk tingkat Supervisor. Sedangkan, tingkat S1 grafika lebih ditekankan ke arah penelitian atau saintis. Selain itu, pendidikan keterampilan teknik grafika juga dapat dilakukan melalui jalur non formal seperti pelatihan-pelatihan atau kursus-kursus. Pelatihan atau kursus biasanya dibedakan antara untuk peserta pemula dan untuk peserta lanjutan dengan tujuan untuk menambah keahlian yang diperlukan untuk kenaikan jenjang karir bagi pekerja percetakan.
Dunia percetakan/grafika memiliki cakupan yang sangat luas. Ada yang menyertakan desain grafis sampai dengan proses penyelesaian (finishing), dan ada yang berpendapat bahwa yang tercakup dalam grafika adalah mulai dari pra cetak, proses cetak sampai purna cetak. Sedangkan teknik cetak itu sendiri terdiri dari beberapa macam, seperti: ... Selengkapnya di Majalah Indonesia Print Media Edisi 48 September - Oktober 2012. |